Penduduk
desa Batu Tering dan sekitarnya sangat ramah dan membantu perjalanan tantangan
anda diantara jalan-jalan rusak dan berbatu, dengan menyediakan tumpangan ojek
dengan upah Rp. 50.000,- per orang. Selanjutnya perjananan dilanjutkan
dengan menyebrangi sungai indah dibawah bukit hijau dan berbatu karang,
kemudian mendaki bukit selama 20 menit perjalanan kaki kita akan sampai dimulut
gua.
Didalam
gua Liang Petang terdapat beberapa hal menarik sekaligus menyimpan misteri.
Karena ada beberapa ruangan gua yang hingga kini belum dijelajahi. Didalam Gua
ini terdapat Batu Mayat yang disinyalir merupakan fosil manusia yang telah
membatu dan pernah pula ditemukan benda-benda antik berupa bale-bale, tembikar,
keramik bahkan alat tenun oleh beberapa penjelajah dan peneliti gua serta
penduduk sekitar. Di sisi lainnya terdapat sebuah tempat pertapaan dan mata air
yang hingga kini masih digunakan sebagai tempat pembayaran nazar bagi mereka
yang meyakininya.
Sudah seyogyanya kondisi lantai gua yang licin oleh lumut dan kotoran
kelelawar, dibutuhkan seorang pemandu lokal untuk menjelajah gua yang memiliki
panjang lebih dari 500 meter ini. Dengan merogoh kocek Rp 75.000,- per orang
pemandu gua akan mempersipakan lampu penerangan untuk memudahkan petualangan
anda. Keajaiban mulai terasa setelah stalagmit dan stalaktit Liang Petang
yang unik dan sangat bervariasi adalah sebuah nilai tak terdandingi dari
fenomena alam gua yang dahsyat.
Selain
itu di Desa ini juga terdapat Liang Bukal (Gua Kelelawar). Konon ceritanya pada
zaman penjajahan Belanda digunakan sebagai tempat bersembunyinya bangsawan
Makasar yang bernama Datu Tering Ganoyang di kejar-kejar tentara Belanda ketika
melakukan perjalanan ke Sumbawa.Nama Desa Batu Tering boleh jadi erat
hubungannya dengan nama Datu Tering Ganodari Makasar itu.